Beranda | Artikel
Tata Cara Berwudhu
Senin, 12 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Tata Cara Berwudhu merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Kitab Shahihu Fiqhis Sunnah wa Adillatuhu yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 24 Shafar 1442 H / 12 Oktober 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Bolehnya Menggunakan Air Musta’mal

Kajian Tentang Tata Cara Berwudhu

Pada kajian yang sebelumnya kita  sudah membahas tentang keutamaan-keutamaan dalam berwudhu. Dan dari kajian tersebut kita tahu betapa mulianya ibadah berwudhu ini dan betapa besar manfaatnya untuk kehidupan kita di dunia maupun untuk kehidupan akhirat kita.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang sebuah hadits yang menjelaskan kepada kita tata cara wudhu secara global. Hadits tersebut adalah hadits yang menjelaskan tentang perbuatan sahabat Utsman Radiallahu Ta’ala ‘Anhu ketika beliau berwudhu. Dan beliau menyebutkan bahwa ini merupakan cara wudhunya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hadits tersebut dikisahkan oleh Humran, hamba sahaya yang dimiliki oleh sahabat Utsman bin Affan.

Suatu ketika beliau melihat sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, beliau bersama dengannya. Dan sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu ketika itu meminta untuk didatangkan wadah yang di dalamnya ada air untuk berwudhu.

فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مِرَارٍ فَغَسَلَهُمَا

“Maka sahabat Utsman pun menuangkan air ke kedua telapak tangan beliau sebanyak tiga kali dan beliau mencuci kedua telapak tangan beliau.” Dan ini disunahkan dalam berwudhu.

ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِى الإِنَاءِ

“Kemudian sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu memasukkan tangan kanannya ke tempat air itu.”

Dikatakan di sini “tangan kanan”, bukan kedua tangan. Sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu memasukkan tangan kanannya saja ke wadah air itu.

فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ

“Maka dengan air yang beliau ambil dengan tangan kanan beliau saja, beliau berkumur kemudian beliau istinsyaq (yaitu memasukkan air ke dalam hidung untuk membersihkannya), kemudian istintsar (mengeluarkan air dari hidungnya).”

Sebagaimana berkumur, air dimasukkan ke dalam mulut untuk membersihkan mulut kemudian dikeluarkan. Istintsar juga demikian, memasukkan air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya agar kotoran-kotoran yang ada di hidung menjadi bersih dan hilang.

Berkumur dan istinsyaq itu dari air yang beliau ambil dengan satu telapak tangan beliau yang sebelah kanan. Ini yang disunnahkan, bukan dengan dua tangan. Memang dengan dua tangan dibolehkan, tapi yang lebih afdhal adalah yang lebih sesuai dengan tuntunan, yaitu dengan mengambil air dengan satu telapak tangan kanan kemudian berkumur dan istinsyaq dengan air tersebut dan mengulangi sebanyak tiga kali.

ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ

“Kemudian beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali.”

وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلَاثَ مِرَارٍ

“Dan beliau membasuh kedua tangan beliau sampai ke siku beliau sebanyak tiga kali juga.”

ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ

“Kemudian beliau mengusap seluruh kepala beliau.” Dan termasuk di antara kepala adalah telinga. Telinga dimasukkan ke dalam kepala, makanya di sini tidak disebutkan tentang membasuh telinga. Langsung setelah kepala:

ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

“Kemudian beliau membasuh kedua kaki beliau sebanyak tiga kali sampai ke mata kaki beliau.” Di sini tidak disebutkan mengusap telinga. Karena mengusap telinga itu masuk dalam kategori mengusap kepala.

Kemudian sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu mengatakan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ

“Barangsiapa yang berwudhu dengan cara seperti wudhuku ini, kemudian orang tersebut shalat dua rakaat. Di dalam wudhu dan shalatnya tersebut, orang itu tidak memikirkan perkara-perkara dunia dan perkara-perkara yang tidak berhubungan dengan shalatnya,”

Dia khusyu’ dalam shalatnya. Ketika dia berwudu juga dia benar-benar memikirkan masalah wudhunya, benar-benar memperhatikan wudhunya dan tidak memikirkan masalah dunia ketika berwudhu, ketika shalatnya juga demikian, dia tidak memikirkan masalah dunia ketika shalatnya, dia benar-benar khusyu’ untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka:

غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Amalan ini memang merupakan amalan yang berat. Tapi lihat bagaimana besarnya pahala yang didapatkan oleh orang yang bisa mengamalkan amalan ini. Berwudhu dengan sempurna dan bener-bener memperhatikan wudhunya, tidak memikirkan dunianya. Kemudian setelah itu juga ketika shalat dia tidak memikirkan dunianya sama sekali. Dia benar-benar khusyu’ dalam shalatnya. Maka orang yang demikian, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Lalu bagaimana apabila jika di tengah-tengah berwudhu atau di tengah-tengah shalatnya, setan mengganggunya dengan pikiran-pikiran tentang dunia? Apakah ketika orang tersebut berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran tentang dunia dia kehilangan pahala ini? Karena ada pikiran itu walaupun sesaat.

Maka jawabannya adalah tidak. Ketika dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melawan gangguan-gangguan yang diberikan oleh setan untuk mengganggunya, maka berarti dia telah berusaha dengan usaha yang maksimal untuk menjaga pahalanya. Tapi apabila keadaan orang tersebut menyerah dengan godaan setan itu. Ketika diganggu oleh setan dengan masalah-masalah dunia agar dia memikirkan, akhirnya dia mengikuti gangguan itu, dia memikirkan masalah dunia ketika dia berwudhu, dia mengikuti gangguan ini. Akhirnya dia memikirkan masalah duniawinya ketika wudhu maupun ketika shalatnya. Maka yang seperti inilah yang tidak mendapatkan pahala yang disebutkan dalam hadits ini. Inilah yang disampaikan oleh para ulama ketika menjelaskan hadits ini.

Dari hadits ini kita bisa menyimpulkan tata cara wudhu secara global. Dan juga dengan hadits-hadits yang lainnya kita bisa menyimpulkan tata cara wudhu secara global. Kita sebutkan di sini tata cara wudhu secara global dengan tanpa membedakan mana yang wajib dan mana yang sunnah. Ini kita globalkan agar lebih mudah dan nanti kita akan bahas tentang masalah-masalah yang disebutkan di sini secara lebih dalam. Untuk sekarang kita akan sebutkan tata cara wudhu yang sempurna secara global.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan selanjutnya..

Download mp3 Kajian Tata Cara Berwudhu


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49195-tata-cara-berwudhu/